Paparan Mikroplastik dalam Air Hujan: Ancaman Nyata bagi Kesehatan dan Langkah Pencegahan -->

Header Menu

Paparan Mikroplastik dalam Air Hujan: Ancaman Nyata bagi Kesehatan dan Langkah Pencegahan

Jurnalkitaplus
22/10/25



Jurnalkitaplus - Penemuan mengejutkan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bahwa air hujan di Jakarta dan daerah sekitarnya mengandung partikel mikroplastik. Mikroplastik adalah fragmen plastik berukuran sangat kecil, kurang dari 5 milimeter, yang terbentuk dari degradasi limbah plastik maupun partikel yang terangkat ke atmosfer akibat aktivitas manusia seperti pembakaran dan keausan ban kendaraan.

Fenomena ini merupakan babak baru dalam masalah polusi plastik yang kini tidak hanya mencemari lahan dan laut, tetapi juga atmosfer dan air hujan yang kita konsumsi secara tidak langsung. Mikroplastik yang jatuh bersama air hujan dapat menempel di kulit, masuk ke saluran pernapasan, atau bahkan termakan jika air hujan digunakan untuk keperluan minum tanpa pengolahan.

Risiko kesehatan dari paparan mikroplastik cukup serius. Studi menunjukkan bahwa mikroplastik dapat menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan dan pencernaan. Partikel kecil ini bisa menembus jaringan tubuh, memicu reaksi imun yang berpotensi menimbulkan gangguan pernapasan, masalah pencernaan, serta gangguan hormonal akibat bahan kimia pengganggu endokrin yang terkandung di dalamnya. Beberapa studi juga mengaitkan paparan mikroplastik dengan risiko penyakit kronis seperti kanker, gangguan kognitif, dan autoimun, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan dampak jangka panjangnya.

Indonesia termasuk salah satu negara dengan paparan mikroplastik tertinggi, dengan angka konsumsi mikroplastik rata-rata mencapai sekitar 5 gram per minggu, setara dengan satu sendok teh. Meskipun belum ada batas aman resmi yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan global, penting bagi masyarakat untuk mengurangi paparan mikroplastik sebanyak mungkin.

Langkah praktis yang dapat dilakukan untuk meminimalkan paparan mikroplastik dari hujan antara lain: mandi dan keramas segera setelah kehujanan untuk menghilangkan partikel yang menempel, tidak mengonsumsi air hujan tanpa disaring dan dimasak, serta mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Pengelolaan limbah plastik yang baik, pemilihan bahan pakaian alami, dan penerapan edukasi serta regulasi juga sangat diperlukan untuk mengurangi sumber mikroplastik yang menyebar di lingkungan.

Kesadaran dan tindakan kolektif antara individu, komunitas, dan pemerintah menjadi kunci utama untuk menghadapi ancaman tersembunyi ini. Pengurangan limbah plastik dan paparan mikroplastik bukan hanya soal menjaga kebersihan lingkungan, tapi juga melindungi kesehatan manusia secara menyeluruh.

Dengan semakin meluasnya kontaminasi mikroplastik hingga ke air hujan, bukan lagi saatnya untuk mengabaikan polusi plastik. Kini, saatnya mengambil langkah konkret demi masa depan yang sehat dan lingkungan yang bersih. (FG12)